Membangun Mental dan Naluri Penulis
Jumat, 23 April 2021
salam buah pena
Bismillaahirrohmaanirrohiim... Jum'at yang cerah, secerah wajah pemateri hari ini.
Pertemuan ke - 9 Pelatihan Belajar Menulis gelombang 18 kali ini membahas tentang tema Mental dan Naluri Penulis bersama narasumber hebat yang bernama ibu Ditta Widya Utami, S.Pd.Gr. Beliau adalah salah satu guru IPA di SMPN 1 Cipeundeuy, Subang, Jawa Barat. Lahir di Subang, 23 Mei 1990. Selain aktif di MGMP, beliau juga aktif di bidang literasi.
Alumni Pendidikan Kimia UPI (2008-2012), memiliki banyak sekali prestasi dan banyak melahirkan buku, baik itu buku solo maupun antologi. Diantaranya yaitu: Precious (2017-2019), a novel 12 chapter - tersedia di Wattpad (klik di sini), Mengapa Tak Kau Tanyakan Saja (2019), a short story 10 chapter - tersedia di Wattpad (klik di sini), dan Djogja Backpacker (2019), a short story 5 chapter - tersedia di Storial (klik di sini).
Mental Penulis
Dalam pemaparannya, narasumber kali ini lebih menitikberatkan pada keseimbangan teknik dan mental penulis. Berdasarkan analisis dari narasumber, dilihat dari keseimbangan teknik dan mental penulis, maka ada 4 tipe penulis, yaitu :
1. Dying writer
2. Dead man
3. Sick people
4. Alive
➡️Tipe pertama adalah Dying writer atau penulis yang sekarat. Yang termasuk dalam kategori ini adalah mereka yang lemah secara teknik dan lemah pula mentalnya sebagai seorang penulis.
Seolah hidup segan mati tak mau. Misalnya ikut pelatihan menulis namun setengah hati (lemah mental) dan tidak berkarya membuat tulisan (yang bisa jadi karena lemah teknik, tidak tahu bagaimana harus menulis, mendapatkan ide, dsb)
➡️Tipe kedua adalah Dead man, sesuai namanya, tulisan dari kategori ini "mati". Tidak diketahui keberadaannya. Terkubur di folder laptop. Terbungkus lembaran diary. Atau notes yang ada di hp. Belum terpublish.
Pada kategori ini, teknik menulisnya sudah ada (sudah mampu menulis), hanya saja mentalnya masih lemah (malu, takut dikritik dsb) sehingga tidak berani mempublish tulisan. Belum berani membuat buku atau artikel. Padahal ilmu tentang kepenulisannya sudah mumpuni.
➡️Tipe ketiga adalah Sick people. Orang-orang dalam kelompok ini adalah yang masih lemah teknik menulisnya namun sudah cukup memiliki mental seorang penulis sehingga sudah berani mempublish tulisannya.
Mereka yang ada dalam tipe ini sudah siap jika ada yang mengkritik, mengomentari tulisannya dan sejatinya sadar diri masih terdapat kekurangan dalam tulisannya. Misal typo, penggunaan kata yang sama berulang kali, paragraf yang terlalu panjang, dsb. Bagi kategori ini, obat yang terbaik tentu saja teruslah menulis. Tingkatkan jam terbang dalam menulis. Insya Allah dengan sendirinya akan sembuh alias lebih mahir lagi.
➡️Terakhir, tipe keempat... tentu saja kategori terbaik, yaitu Alive. Penulis dalam kategori ini ialah penulis yang tulisannya hidup dan senantiasa berkarya seperti jantung yang terus berdetak saat pemiliknya bernyawa.
Orang-orang dalam kelompok ini sudah bisa dikatakan "ahli" menulis (kuat teknik) serta kuat juga mentalnya.
Kategori ini dapat dilihat pada saat ketika menulis sudah seperti kebutuhan primer seperti makan. Ibaratnya, jika tak makan akan lapar. Begitu pula mereka yang hidup dalam menulis. Akan terasa lapar menulis jika sehari saja tak membuat tulisan. Kelompok Alive ini termasuk kategori pembelajar sejati. Selalu berproses. Mampu hadapi tantangan menulis.
Narasumber juga menyampaikan, bahwa teknik menulis akan membaik jika kita sering berlatih menulis. Mental penulis akan terbentuk ketika kita terus melatih diri mempublikasikan tulisan kita untuk dibaca oleh orang lain. Jika mau jadi penulis hebat, kita harus mau meningkatkan teknik dan mental menulis kita.
Naluri Penulis
Masuk ke bahasan kedua tentang Naluri Penulis, berangkat dari pengertian naluri menurut KBBI online. Na - lu - ri, adalah: 1) dorongan hati atau nafsu yang dibwa sejak lahir; pembawaan alami yang tidak disadari mendorong untuk berbuat sesuatu; insting; 2) perbuatan atau reaksi yang sangat majemuk dan tidak dipelajari yang dipakai untuk mempertahankan hidup.
Adapun penulis sejati ia memaparkan, seseorang itu menulis akan berangkat dari keresahannya. Hingga membuat dirinya berbuat melalui "tulisan". Ia akan mengubah dunia dengan tulisannya. Mengubah orang-orang melalui goresan tintanya. Orang yang memiliki naluri penulis, akan mengoptimalkan seluruh inderanya sehingga bisa menghasilkan karya berupa tulisan.
Narasumberpun menekankan dalam paparannya, maka dari itu... kenali diri kita dan lingkungan kita, lalu buatlah tulisan. Maka karya-karya yang kita hasilkan akan mengasah naluri penulis dalam diri kita.
Tibalah closing statement dari Bu Ditta:
Mengutip dari seorang Kompasianer
"Menulis dan teruslah untuk menulis. Karena tulisanmu sesungguhnya adalah bentuk asahan dari nalurimu!"
(Imam Chumedi, kompasianer)
Semoga bisa mengikuti jejak Bu Ditta yang masih muda namun segudang karya. 🌹🌹
Terimakasih atas ilmunya🙏🙏, insyaaAllah bermanfaat. Semoga Allah Swt. Melimpahkan rahmat dan keberkahan-Nya kepada Bu Ditta dan keluarga.
Jum'at, 23 April 2021
Iis Yuliati
Resume ke-9
Gelombang 18
Tema: Mental dan Naluri Penulis
Narasumber: Ditta Widya Utami, S.Pd., Gr.
kereen... bu iis..👍😊
BalasHapusTerimakasih bu weni🌹🌹
HapusTulisan yang selalu super, mengalir dengan jujur😍😍
BalasHapusAamiin🤲🙏
BalasHapusSuper super pokoknya👍🏻
BalasHapusAamiin🤭🙏
HapusAamiin ... Alhamdulillah. Terima kasih Bu 😊🙏🏻
BalasHapusSama2 bu Ditta, terimakasih atas ilmunya🙏
HapusMantul resumenya bu..
BalasHapusTerimakasih🙏🙏🌹
Hapus