Proofreading
(Mario Teguh)
Mengingat kata-kata mutiara di atas, membuatku semakin semangat terus untuk belajar. Seperti hari ini, mantengin WAG menulis gelombang 18 mengikuti materi yang bertema Proofreading Sebelum Menerbitkan Tulisan bersama narasumber Bapak Susanto, S.Pd dan selaku moderator Ibu Rita Wati yang ayu rupawan.
Narasumber kali ini akrab disapa dengan sebutan Pak.D merupakan alumni Belajar menulis gelombang 15, beliau adalah guru di SDN Mardiharjo di Kab.Musi Rawas Provinsi Sumatera Selatan. Pada pertemuan di gelombang 18 ini beliau menyampaikan tentang apa itu proofreading? apa kaitannya dengan editing? apa saja langkah-langkah yang harus dilakukan dalam proofreading? serta beberapa tips dalam proofreading sebelum kita unggah tulisan kita ke dalam blog kita.
Berikut adalah buku-buku yang digarap oleh beliau sebagai editornya:
Dalam paparannya ia menyampaikan Intinya, Proofreading adalah aktivitas memeriksa kesalahan dalam teks dengan cermat sebelum dipublikasikan atau dibagikan. Kegiatan ini sesungguhnya adalah kegiatan akhir setelah tulisan kita telah selesai.
"Hal itu sesuai dengan nasihat para pakar menulis, yakni: tulis saja jangan perdulikan teknis. Salah nggak apa-apa mumpung ide masih mengalir. Jika sudah selesai, barulah kita lakukan editing " paparnya.
Lalu, apa bedanya proofreading dengan mengedit?
Menurutnya, mengedit dan mengoreksi adalah langkah berbeda dalam proses merevisi teks. Pengeditan dapat melibatkan perubahan besar pada konten, struktur, dan bahasa, tetapi proofreading hanya berfokus pada kesalahan kecil dan inkonsistensi.
Menurut "penerbitdeepublish" ada beberapa langkah dalam melakukan pengeditan dan proofreading, yaitu:
1. Pengeditan Konten
2. Pengeditan Baris
3. Menyalin Pengeditan
4. Proofreading
Langkah pertama: Merevisi draf awal teks, seringkali membuat perubahan signifikan pada konten dan memindahkan, menambahkan atau menghapus seluruh bagian.
Langkah kedua: Merevisi penggunaan bahasa untuk mengomunikasikan cerita, ide, atau argumen seefektif mungkin. Ini mungkin melibatkan perubahan kata, frasa, dan kalimat serta penyusunan ulang paragraf untuk meningkatkan aliran teks.
Langkah ketiga: Memoles kalimat individual untuk memastikan tata bahasa yang benar, sintaks yang jelas, dan konsistensi gaya. Salinan dari editor tidak mengubah konten teks, tetapi jika kalimat atau paragraf ambigu atau canggung, mereka dapat bekerja dengan penulis untuk memperbaikinya.
Langkah keempat adalah Proofreading:
1. Cek ejaan. Ejaan ini merujuk ke KBBI, tetapi ada beberapa kata yang mencerminkan gaya penerbit
2. Pemenggalan kata-kata yang merujuk ke KBBI
3. Konsistensi nama dan ketentuan
4. Perhatikan judul bab dan penomorannya
Beliau juga menambahkan dalam paparannya, bahwa melakukan proofreading sesungguhnya kita akan bertindak sebagai seorang “pembaca” dan menilai apakah karya tulis kita sudah bisa dimengerti atau justru berbelit-belit. Harapannya, setelah melewati tahapan proofreading, karya kita bisa lebih mudah dipahami pembaca.
Oleh karena itu dibaca dan periksa kembali tulisan kita, jangan sampai ada kesalahan meski itu kesalahan kecil, misal yang tidak perlu, misalnya typo atau kesalahan penulisan kata dan penyingkatan kata. Meskipun blog itu milik pribadi dan bebas, pembaca kita juga harus tetap diperhatikan. Periksa kembali tulisan agar tidak ada kesalahan penulisan (typo) sehingga jika tulisan kita rapih dan baik maka akan membuat pembaca merasa nyaman.
Kesalahan kecil lainnya misalnya, memberi spasi (jarak) kata dan tanda koma, tanda titik, tanda seru, atau tanda tanya. Tanda-tanda baca tersebut tidak boleh diketik terpisah dari kata yang mengikutinya. Cara mudah untuk memeriksanya (yang dilakukan Pak D) adalah menekan tombol CTRL bersamaan dengan tombol huruf F (CTRL+F). Lalu, ketikkan tanda koma. Maka akan muncul highlight teks dengan warna kuning. Setelah itu kita periksa apakah ada kesalahan atau ada spasi antara kata dengan tanda koma. Hal yang sama lakukan pada tanda baca lainnya. Jika hal ini kita lakukan maka pos blog menjadi bersih dari kesalahan pengetikan.
Kesalahan kecil lainnya yang biasa dilakukan adalah penulisan di- sebagai awalan dan di sebagai kata depan.
Jika kata yang mengikuti di adalah verba atau kata kerja maka ditulis serangkai dan kata itu ada bentuk aktifnya yaitu jika diberi imbuhan me-.
Aturan ejaan lainnya yang ada dalam PUEBI wajib kita pahami. Meskipun blog tidak mensyaratkan bahasa yang baku (suka-suka penulisnya) tetapi minimal wajib tahu dan menerapkan aturan-aturan yang dicontohkan.
Jadi, biasakanlah menulis dengan ejaan yang benar sesuai dengan kaidah atau aturan di PUEBI agar kita menjadi terbiasa. Jika sudah menyelesaikan suatu tulisan, lakukan proofreading dan editing agar tidak ada kesalahan-kesalahan meskipun itu hanya kesalahan kecil agar tulisan kita enak dibaca dan pembaca yang membaca tulisan kita pun merasa nyaman.
Terimakasih atas ilmunya Pak D. InsyaaAllah pasti bermanfaat
07 Mei 2021
Iis Yuliati
Resume ke-15
Tema : Proofreading Sebelum Menerbitkan Tulisan
Narasumber : Susanto, S.Pd
Gelombang 18
Mantap, tulisan yang amat bergizi😍
BalasHapusTerima kasih😘🌹 Biar tambah sehat tulisannya... kasih masukan dong bu may🙏🙏
HapusKeren, tidak terlihat sebuah resume. Cocok jadi nara sumber bu Iis emang OK
BalasHapus🤣🤣😁😁 bisa aj bu susi... saya masih seneng jadi murid bu, enak dibimbing terus🤭🤭
HapusSuper sekali...seperti kata2 Mario teguh. Resumenya sangat menginspirasi.♥♥
BalasHapusTerima kasih bu endah, semoga semangat kita tak pernah kendor💪💪
Hapussemakin mantul...sukaaa....👍👍
BalasHapusTerima kasih bu weni🌹🌹🌹
HapusResume ya enak dibaca mengalir
BalasHapusTerimakasih sudah mampir bapak🙏🙏, semoga saya bisa terus menulis mengalir bagai air singai hingga ke muara berakhir di lautan🤲🤭
HapusCara mengungkapkan materi dengan gaya sendiri. Terima kasih resumenya.
BalasHapusTerima kasih Pak D🙏 ilmunya yg diberikan luar biasa, menambah motivasi. Saya semakin semangat proofreading & editing, karena kalau nulis sering kurang huruf😁😁
HapusCara menyampaikan resumenya saya suka...sukses sll bu ❤️❤️👍👍
BalasHapusTerimakasih Bunda🌹🙏 aamiin ya Robbal'aalamiin🤲
Hapus