Dona Tapi Doni
Rabu, 25 Agustus 2021
salam pena ilalang
Selepas shalat subuh, Doni bersiap duduk manis di depan kaca riasnya. Mulailah usapan demi usapan manja menghias wajah tampannya dia sulap menjadi paras yang cantik.
Tak lupa pakaian kerjanya baju berkerlap- kerlip seperti pecahan kaca, rok mini, dan stoking warna kaki.
"Sempurna" gumamnya dalam hati. "Ya Allah ... berkahilah untukku rezeki-Mu hari ini, agar aku bisa membuat ibuku makan dengan layak dan membeli obat." Do'anya setiap pagi selalu terpatri dalam hati.
"Bu ... Doni berangkat dulu yah."
"Hati-hati yah nak, jangan pulang terlalu sore dan jangan lupa shalat."
Dengan tubuhnya yang langsing semampai, parasnya yang nampak cantik, Doni mulai melangkahkan kakinya dengan perkakas mikrofon dan salon kecil diikat di pinggang.
Menyusuri Pasar dan Terminal, Doni mulai beraksi, bernyanyi, menari manja dan lucu agar menarik setiap mata yang ada di sana dan memberikannya sedikit uang receh sisa jajan dan sisa belanja. Ia kini dikenal dengan nama Dona.
Menjadi pengamen dan berdandan layaknya seperti perempuan, sungguh tak pernah ada dalam rentetan cita-citanya. Ia yang tamatan SMA sudah berusaha mencari pekerjaan, namun tak ada hasil. Tak satu pun tempatnya melamar pekerjaan yang memberi kesempatan. Akhirnya ia sampai pada keputusan "Aku harus melakukan apa pun, demi ibu, yang penting halal". Hingga suatu hari Doni bertemu dengan seorang pengamen yang berdandan seperti dirinya saat ini. Meski demikian Doni tak pernah mengeluh, ia sadar bahwa apa pun yang terjadi pada dirinya mungkin sudah kehendak-Nya.
Mulanya banyak teman dan tetangga yang mencibir, bahkan dari keluarga almarhum ayahnya sampai tega memarahi ibunya Doni dan mengatakan ia tak bisa mendidik anak. Tapi Doni menunjukan kepada semua orang bahwa ia tetap dapat menjaga kodratnya sebagai laki-laki. Ada pun dandanan seperti perempuan hanyalah cara dirinya untuk mencari nafkah. Pada akhirnya mereka yang mencibir pun malah berbalik menyemangati Doni agar terus semangat.
Begitulah manusia, tugas kita hanya berikhtiar dengan penuh rasa optimis. Selanjutnya segala apapun yang akan terjadi kita hanya bisa bertawakal.
Sedikit demi sedikit, Doni mengumpulkan uang dari hasil pekerjaannya. Hingga terkumpulah uang sebanyak Rp. 3.000.000,-. Dengan bermodal uang tiga juta, ia mendirikan kedai sosis bakar dan minuman ringan di depan rumahnya.
Kini, sudah dua tahun Doni meninggalkan dunia ngamennya dan terus mengembangkan kedainya. Doni sekarang bukan lagi Dona sang pengamen Pasar dan Terminal yang cantik, tapi seorang pengusaha kuliner muda yang memiliki 3 cabang kedai sosis bakar dan minuman ringan kekinian.
Cipanas-Lebak, 26 Agustus 2021
Iis Yuliati
Ceritanya bagus. Optimis mengubah nasib.
BalasHapusTerima kasih bun🙏
HapusWaaw amazing... Sukses untuk Doni. .
BalasHapusSelalu ada jalan untuk berubah ya bun, asal mau berikhtiar🙏🙏
HapusKerja keras tidak akan menghianati hasil
BalasHapusDona dan Doni membuktikannya, cibiran orang tidak dihiraukannya, karena tujuannya bukan untuk mendengarkan orang lain. Tujuannya adalah merubah hidup..
Done, Doni!!!
Siiip, terima kasih Pak Indra🙏 Allah juga yang akan menantaskan sesuai usaha kita
HapusCerita yg sangat inspiratif, kereeen
BalasHapusTerima kasih Ambu🙏
HapusSebuah kisah yang memotivasi. Fokus pada tujuan.
BalasHapusTerima kasih ibu🙏 Allah pasti membuka jalan bagi manusia yang mau berusaha
HapusLuar biasa
BalasHapusSemangat berkarya, semangat menginspirasi
Terima kasih Mas Mif🙏
HapusIni kisah nyatakah? Kalau nyata, wah, menyentuh sekali! Ada orang-orang yang seharusnya jangan dicela atau dibully, tapi dibantu.
BalasHapusKebetulan kisah dari seorang teman🙏 betul pak, terkadang manusia cepat menyimpulkan tanpa meneliti terlebih dahulu🙏
HapusDoni memiliki ibu yang luar biasa tetap mendukung dan mendoakan apapun yg dilakukan hingga akhirnya kesuksesan diraih, keren ceritanya bu:)
BalasHapusTerima kasih ibu🙏
Hapus