Mengenal Penerbit Mayor

Mengenal Penerbit Mayor

Mengenal Penerbit Mayor
Rabu, 28 April 2021
Hujan lebat disertai petir menambah kegalauan di siang hari ini, betapa hati ini rasa tak galau... sinyal di tempatku selalu nampak malu-malu, bahkan jika cuaca seperti ini kadang dia menghilang.

Teriring do'a terus-menerus aku panjatkan, karena tak mau ketinggalan Pelatihan Belajar Menulis hari ini. Alhamdulillah... meski cuaca hujan deras dibarengi petir menggelegar bersautan, akhirnya sinyal itu tetap hadir meski ia nampak malu-malu seperti biasanya.

Pelatihan hari ini merupakan pertemuan ke-11, materi yang dibahas yaitu dengan tema Penerbit Mayor bersama narasumber Bapak Edi S. Mulyanta, S.Si., M.T. Beliau saat ini menjabat sebagai Publishing Consultant & E-Book Development Andi Publisher.

Alumni S1 Geografi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta 1994 dan S2 Magister Teknologi Informasi Fak. Elektro UGM Yogyakarta 2006 memiliki riwayat pekerjaan yang sangat luar biasa diantaranya pernah menjadi:
1. Operasional Penerbit ANDI Jogjakarta 2004 – 2019
2. Publishing Consultant & E-Book Development Penerbit Andi 2020- Sekarang
3. Founder Pasar Buku Digital ebukune.my.id dan bukudigital.my.id 2020 - Sekarang
4. Dll.

Adapun karya tulis buku (Lihat di https://scholar.google.co.id/citations?user=tYwUNqsAAAAJ&hl=en&oi=ao)
1. How to make money in BIG DATA, 2021
2. Lebih Mahir Word 2019, Untuk Penulisan Ilmiah, 2019
3. Teknik Modern Fotografi Digital 2007
4. Dll.

Dalam pemaparannya beliau menyampaikan, bahwa dunia penerbitan baik penerbit mayor maupun penerbit minor adalah dunia bisnis semata, dan ada sebuah idealisme di dalamnya, yang tentunya setiap penerbit mempunyai visi dan misinya masing-masing. Di dalam dunia bisnis, nomor satu yang dicari adalah pasti keuntungan.

Outlet utama bisnis penerbitan buku adalah pasar toko buku, di samping tentunya pasar di luar toko buku yang tidak dapat kita ke sampingkan pula. Paparnya.

Di dalam Undang-undang Nomor 3 tahun 2017, dijelaskan dengan gamblang tentang sistem perbukuan di Indonesia yakni tentang  sistem perbukuan adalah tata kelola perbukuan yang dapat  dipertanggungjawabkan  dan terpadu, yang mencakup pemerolehan naskah, penerbitan, pencetakan, pengembangan buku elektronik, pendistribusian, penggunaan, penyediaan, dan pengawasan buku.

Ia juga memaparkan saat ini yang bermasalah adalah dalam tahap pendistribusian materi yang telah diproses untuk dapat meningkatkan literasi baca di Indonesia. Literasi adalah kemampuan untuk memaknai informasi secara kritis sehingga setiap orang dapat mengakses ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai upaya dalam meningkatkan kualitas hidupnya.

Maka tugas penerbit adalah mendapatkan naskah yang tentunya dapat diproses menjadi buku untuk menghasilkan keuntungan, sehingga bisnis penerbitan tersebut dapat berkembang dan meningkatkan literasi bagi masyarakat secara umum.

Menurut beliau, yang perlu kita ketahui terlebih dahulu adalah definisi naskah buku dan buku  yang telah dijelaskan di UU Perbukuan. Naskah Buku adalah draf karya tulis dan/atau karya gambar yang memuat bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir. Sedangkan buku adalah karya tulis dan/atau karya gambar yang diterbitkan berupa cetakan berjilid atau berupa publikasi elektronik yang diterbitkan secara tidak berkala.

Penerbit akan mengolah Naskah Buku tersebut menjadi komoditas berupa buku cetakan maupun buku elektronik menyesuaikan perkembangan jaman.

Sehingga ke depan baik itu penerbit buku Mayor maupun Minor dapat berperan saling melengkapi dalam memenuhi amanat undang-undang ini.

Berikut beberapa Undang-undang yang memperkuat posisi buku ada di UU 12/2012 Perguruan Tinggi Pasal 46 ayat 2 ….Hasil Penelitian wajib disebarluaskan…. dipublikasikan (dalam bentuk Buku Ber ISBN), kemudian PermenPAN 26/2009 Jabfung Guru dan Angka Kredit, Pasar 11 Ayat c-2 Publikasi Buku ber ISBN.

Kenapa harus ber-ISBN, berikut adalah manfaat buku harus ner-ISBN menurut Perpustakaan Nasional:

Narasumber juga menyampaikan setiap penerbit diperbolehkan untuk mengajukan Nomor ISBN ke perpustakaan nasional. Sehingga nantinya perpustakaan nasional memberikan penanda tertentu dalam ISBN untuk menunjukkan skala produksi penerbitannya. Skala produksi ini hanya menunjukkan kemampuan output buku yang dihasilkan serta kemampuan distribusinya ke masyarakat luas. Semakin besar output dan distribusinya, ISBN yang dikeluarkan oleh Perpusnas akan semakin banyak. Akhirnya diberikan kode produksi buku di ISBN dalam bentuk Publications Element Number.

Jadi, karena hal itulah kemudian muncul istilah penerbit mayor dan penerbit minor, hanya karena masalah skala produksi saja. Adapun visi dan misi penerbitan pasti berbeda, namun tujuan akhir semuanya sama yaitu mencari keuntungan bisnis, dan ada sisi idealisme di dalamnya.

Menurutnya, semua penerbit di Indonesia telah diwadahi pemerintah dalam organisasi IKAPI, sehingga bagi kita yang akan menerbitkan buku, sebaiknya menggunakan saluran tersebut yang telah diakui oleh pemerintah. Seperti tanfa keanggotaan yang dimiliki oleh CV. Andi Offset berikut ini:

Untuk ASN, dituntut agar bisa membuat dan menerbitkan buku sebagai salah satu syarat untuk kenaikan pangkat, karena dapat menambah nilai angka kredit. Oleh karena itu, karena banyaknya terbitan buku yang diajukan sebagai syarat Jabatan Fungsional, akhirnya pemerintah terkadang memberikan syarat tertentu untuk mempermudah klasifikasi pemberian nilai indeks di angka kredit. Sehingga munculah penerbit skala mayor (nasional) dan skala regional saja. Hal ini lah yang semakin menegaskan garis yang jelas antara penerbit mayor dan minor, hanya karena skala penjualannya.

Beliau juga menyampaikan, ke depan hal ini tentunya akan semakin diperbaiki, mengingat penerbitan buku saat ini sudah mengikuti perkembangan teknologi yaitu penerbitan buku digital. saat ini juga perusahaan tempatnya bekerja sedang mengembangkan penerbitan digital, untuk mengantisipasi perkembangan jaman yang semakin nyata. Kita dapat melihat percontohan buku digital dan proses pemasarannya di http://bukudigital.my.id atau dapat dilihat di http://ebukune.my.id

Di penerbit tempat beliau bekerjapun saat ini sedang mencoba memperbaiki proses distribusi materi dan literasi yang terhambat di era pandemi. Karena Toko Buku, Sekolah, dan Kampus saat ini belum dapat menjadi saluran yang dapat diandalkan dalam bisnis buku saat ini. 

Apalagi dengan diberlakukannya PSBB dan pembatasan kegiatan masyarakat di beberapa daerah, dengan otomatis Toko buku andalan penerbit yaitu Gramedia memarkirkan bisnisnya di sisi pit stop dan terhenti sama sekali. Dari omzet normal dan terhenti di pit stop menjadikan omzet terjun bebas hanya berkisar 80-90% penurunannya. Outlet yang tertutup menjadikan beberapa penerbit ikut terimbas, sehingga mereposisi bisnisnya kembali. Hal ini berdampak secara langsung ke produksi buku hingga ke sisi penulis buku yang telah memasukkan naskah ke penerbit menanti bersemi di Toko Buku. 

Karena keadaan seperti ini, penerbit tentunya gamang, mengingat suplai naskah masih berjalan bahkan tidak terimbas pandemi, akan tetapi proses menjadikan sebuah komoditas buku yang bernilai ekonomi sangat terhambat pandemi. Maka satu-satunya yang dapat menjadi alternatif untuk mendistribusikan ilmu pengetahuan dan buku adalah saluran digital. Penerbit Andi mencoba mengembangkan channel TV Andi di Youtube, dan mengembangkan Production House Andi Academy, untuk tetap mengobarkan semangat untuk mencerdaskan kehidupan bangsa melalui penerbitan buku.

Beliau juga menyarankan agar kita dapat mencoba menawarkan naskah ke semua penerbit, baik itu skala mayor atau pun minor, karena harapan itu selalu pasti ada. Dan  pada saat ini kondisi naskah di beberapa penerbit masih tetap terbuka lebar. Yang menyulitkan itu adalah proses produksi dan pemasarannya. Dan harapan beliau semoga ke depan, Toko Buku, Aktifitas Belajar Mengajar kembali normal sehingga pasar buku dapat kembali menggeliat.

Beliau juga mengingatkan, bahwa sebagai guru kita dituntut untuk menghasilkan outcomes atau luaran yang berdampak. Yaitu hasil tulisan buku yang ber ISBN, supaya ilmu bapak-ibu tidak hilang ditelan jaman.

Jadi bagi siapa saja yang hendak menerbitkan buku, tidak masalah mau di penerbit mayor atau minor, yang terpenting buku itu ber-ISBN. dan yang mengeluarkan nomor ISBN tersebut adalah Perpustakaan Nasional. Tetaplah semangat membuat buku dan ajukan ke penerbit manapun, dan tetap berusaha agar mengajukan di penerbit mayor karena harapan itu tetap ada.


Terimakasih Pak Edi🙏🙏🌹🌹
Rabu, 27 April 2021
Iis Yuliati
Resume ke-11
Tema : Penerbit Mayor
Narasumber: Edi S. Mulyanta, S.Si., M.T
Gelombang 18

Mengenal Penerbit Mayor
4/ 5
Oleh
Open Comments
Close comment

14 komentar

  1. Mantap bu iis..tetap semngat bikin resumenya wlaupun si sinyal malu-malu....suka gaya cerita ibu nih....n closing nya juga.. semoga kita bisa menerbitkan buku yg ber ISBN...😊👍💪

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin ya robbal'aalamiin... 🤲🤲 semangat juga buat bu weni🌹💪💪

      Hapus
  2. Mantul buk...sama.saya juga susah sinyal nya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih bu cantik🙏🙏 iya di saya sinyalnya antara malu-malu dan malu-maluin😁😁😁

      Hapus
  3. Super lengkap bu, semoga sinyal selalu bersahabat 👍

    BalasHapus
  4. Resume yang selalu mantul buat dibaca😍😍

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih ibu ketua🌹🙏 akupun selalu terpesona kalau baca resume dirimu😍

      Hapus
  5. Kerennnn bun. Resumenya lengkap. Tetap semangat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih bun🌹🙏 semangat juga bunda💪💪🌹🌹

      Hapus
  6. resumenya rapi dan enak dibaca dan lengkap tentunya

    BalasHapus
  7. Semangat Yang terus berkobar untuk menghasilkan sebuah tulisan Meskipun cuaca agak kurang mendukung tapi semangat tak pernah padam. Keren resume nya bu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih bu🙏🙏 semenjak segala aktivitas bljr online tiap hari pindah2 nyari letak sinyal yg manteng😁😁😁 kalau udah hujan turun pasrah aja pada akhirnya🤭🤭🤭 bljr sedatangnya sinyal🤣

      Hapus