Jambu Merah
Pagi itu wajahnya nampak murung, gadis berambut merah tak lagi ceria seperti biasanya. Ia terlihat bingung namun tak tau harus bertanya kepada siapa.
Perasaan yang hampa nampak jelas dari raut wajahnya. "Kenapa gerangan wahai adinda manis?" Tanyaku. Ia hanya terdiam membisu, namun setidaknya senyum tipis di ujung bibir manisnya masih tersisa.
Dengan rasa penasaran aku berusaha mendekatinya. Mencari-cari celah, merangkai kata agar tak menyisakan luka di hatinya.
Dia semakin sadar jika sedang aku perhatikan. Mulutnya yg semula membisu mulai terbuka perlahan penuh sendu. "Aku hanya lelah kak". Seolah memberi isyarat ... "stop jangan ikut campur dengan yang kurasa!".
Perlahan kusodorkan di hadapannya, seruntuy buah jambu berwarna merah merona. Matanya mulai tertuju ke sana, pada jambu merah yang tersenyum menggoda di atas meja.
Gadis berambut merah mulai berkaca-kaca, matanya berbinar seolah menahan air mata. Dia tau jambu merah ini sebagai penawar rasa dari pahit rasa hati yang menyiksa. Dari si jambu merah dia belajar... Meski digigit, digerogoti, dan dikunyah sampai lumat sekalipun, si jambu merah tetap memberi rasa segar, dicari, dan dinanti.
#🌹🌹🌹
Waah keren bu tulisannya filsafat si jambu merah...meski.digigit dan dikunyah,.tetap.dicari dan dinanti...👍🙏
BalasHapusMakasih ibu🙏
HapusKeren
BalasHapusTerimakasih🙏
Hapusmantap, keren
BalasHapusyuk bw ke blog saya
https://masmifgurukampung.blogspot.com/2021/04/pesona-jambu-demak.html
semangat berkarya, semangat menginspirasi
Makasih pak Miftah, saya penulis pemula... mohon dibimbing🙏
HapusKeren Bu..
BalasHapusMakasih bun🙏
HapusTulisan yang menarik. Kerenn Bu Iis.
BalasHapusHaturnuhun bu Aam🙏
Hapus