Jambu Merah

Jambu Merah

Jambu Merah
Minggu, 04 April 2021

 

Pagi itu wajahnya nampak murung, gadis berambut merah tak lagi ceria seperti biasanya. Ia terlihat bingung namun tak tau harus bertanya kepada siapa.


Perasaan yang hampa nampak jelas dari raut wajahnya. "Kenapa gerangan wahai adinda manis?" Tanyaku. Ia hanya terdiam membisu, namun setidaknya senyum tipis di ujung bibir manisnya masih tersisa.


Dengan rasa penasaran aku berusaha mendekatinya. Mencari-cari celah, merangkai kata agar tak menyisakan luka di hatinya. 


Dia semakin sadar jika sedang aku perhatikan. Mulutnya yg semula membisu mulai terbuka perlahan penuh sendu. "Aku hanya lelah kak". Seolah memberi isyarat ... "stop jangan ikut campur dengan yang kurasa!". 


Perlahan kusodorkan di hadapannya, seruntuy buah jambu berwarna merah merona. Matanya mulai tertuju ke sana, pada jambu merah yang tersenyum menggoda di atas meja. 


Gadis berambut merah mulai berkaca-kaca, matanya berbinar seolah menahan air mata. Dia tau jambu merah ini sebagai penawar rasa dari pahit rasa hati yang menyiksa. Dari si jambu merah dia belajar... Meski digigit, digerogoti, dan dikunyah sampai lumat sekalipun, si jambu merah tetap memberi rasa segar, dicari, dan dinanti.


#🌹🌹🌹

Jambu Merah
4/ 5
Oleh
Open Comments
Close comment

10 komentar

  1. Waah keren bu tulisannya filsafat si jambu merah...meski.digigit dan dikunyah,.tetap.dicari dan dinanti...👍🙏

    BalasHapus
  2. mantap, keren


    yuk bw ke blog saya
    https://masmifgurukampung.blogspot.com/2021/04/pesona-jambu-demak.html

    semangat berkarya, semangat menginspirasi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih pak Miftah, saya penulis pemula... mohon dibimbing🙏

      Hapus
  3. Tulisan yang menarik. Kerenn Bu Iis.

    BalasHapus