Entah sejak kapan tradisi ngatir ini dimulai, karena sudah dari zaman dulu secara turun temurun warga Kecamatan Cipanas Kabupaten Lebak secara konsisten menjaga dan melestarikannya.
Tradisi ngatir adalah tradisi berbagi makanan dengan tujuan mempererat tali silaturahmi antar warga dan saling berbagi keberkahan rezeki. Masyarakat berbaur menjadi satu tanpa memandang status sosial satu sama lain, mereka berbagi suka dan bergembira bersama. Tradisi ini dilaksanakan 2 kali dalam setahun, yaitu pada saat memperingati Maulid Nabi Muhammad saw. pada tanggal 12 Robiul Awal dan pada hari memperingati hadirnya bulan Sya'ban tepatnya pada tanggal 15 sya'ban atau disebut juga rewahan.
Setiap warga pasti akan menyambut dengan rasa suka cita, semua warga berbondong-bondong menuju Masjid. Perempuan mengantarkan hantaran makanan atau disebut juga hancengan, sedangkan yang laki-laki menuju masjid untuk ikut berdo'a dan berbagi hancengan, hasil yang didapat akan dibawa pulang untuk dimakan bersama dengan keluarga. Hancengan itu sendiri merupakan makanan yang dikemas dalam wadah besar atau bakul, berisi nasi/beras, mie, ayam bakakak, telor, dll. Satu hancengan untuk 4-8 orang, tergantung dari banyaknya hancengan yang terkumpul.

Setiap kampung di Kecamatan Cipanas melakukan tradisi ngatir dengan tekhnik yang berbeda-beda, ada yang dilakukan oleh warga kampung itu sendiri (hancengan diantarkan ke masjid, dibacakan do'a dan pengajian lalu dibagikan lagi kepada warganya). Ada juga yang berbagi antar kampung, seperti Kampung Babakan Pedes, Lurah, dan Suka Maju. Sekitar pukul 07.00-08.00 warga Kampung Lurah dan warga dari Kampung Suka Maju berkunjung ke Kampung Babakan Pedes untuk mendapatkan hancengan di Masjid Jami At-Taqwa. Kemudian setelah shalat dzuhur sekitar pukul 13.00 warga Kampung Babakan Pedes mengadakan kunjungan balasan ke Kampung Lurah dan Suka Maju untuk mendapatkan hancengan.
Keindahan Sedekah
Senyum itu terpancar indah di pagi buta
Perempuan setengah baya mulai menyalakan api dalam tungkunya
Tungku yang hanya terbuat dari tanah liat yang sudah terlihat sedikit retak
Namun dia tetap tersenyum senang ketika memasak
Memang dia tak punya harta berlebih
Tapi nyaris tak pernah terlihat raut yang sedih
Jangankan tabungan, celengan ayam pun sungguh tiada
Yang dia bayangkan hanyalah wajah-wajah bahagia ketika itu
Saat bakul hancengannya dibawa dan dipangku
Niatnya hanya satu
Jangan halangi aku untuk bersedekah
Karena hanya itu keindahan yang kurasa dalam relung kalbu
Seindah pancaran senyum pemangku bakul hancenganku yang berpita merah
*buah pena ilalang
Luar biasa. Terasa sejuk dan damai membacanya...
BalasHapusHaturnuhun pa abduh, guru hebat wilbi 03👍🙏
HapusTradisi ini adalah Tradisi turuntemurun budaya kearifan lokal masyarakat wilayah cipanas dalam rangka menyambut datangnya bulan suci ramadhan 👍🏻👍🏻👍🏻
BalasHapusYuuuups.... hanjakal tahun ini tak ikut merasakan bakakak hancengan, gak ada yang ngatirnya.. anak laki berperpencar🤣😁
HapusSepanjang jalan dari Gajrug hingga Kadubitung, banyak yang bawa boboko berisi makanan. Sempat terpikir untuk berhenti, dan ikut berdoa di mesjid.
BalasHapusIya pa Dadang, iis jg pingin banget masuk masjid ikut berdo'a.. dan berbagi ikut mikul hancengan. Sayangnya di dalam gak ada yang pake kerudung😁😁 haturnuhun sudah mampir🙏🙏
HapusTradisi ini harus tetap dilestarikan. Ngajinjing bari niir ( Ngatir ) sudah membawa harum SMP N 1 Cipanas pada tingkat nasional. Bangga jadi orang Cipanas🥰
BalasHapusSalam literasi, salam cahaya pena😘
Saya pun bangga pastinya dengan kp. kelahiran tercinta, Cipanas - Lebak - Banten
HapusSalam buah pena😘
Mantaaap Bu Is. Tadinya Ibu mau nulis ini juga, sayangnya ga ada foto2, karena baru datang siang dari Serang setelah malam nginap di tempat si teteh.
BalasHapusAlhamdulillah bu, suasana hati lagi baik. Jadi seneng nulis😁😁 itu juga fotonya dapat kiriman dari teman-teman yang baik hati ingin berbagi kebahagiaan bakul hancengan lewat foto aja katanya🤭
Hapus