Kok Keluar
Hari masih terlihat gelap, matahari belum menampakkan senyumnya pagi ini. Udara dingin diselimuti embun kian menambah rasa hati untuk kembali berbaring di atas bantal empuk dan hamparan kasur kapuk.
Kreeeeeeet ... suara pintu terbuka, Bu Nina memastikan anaknya sudah bangun atau belum pagi ini.
"Gis ... bangun dong nak, sudah solat subuh belum?" Tanya Bu Nina.
"Sudah bu, tadi Agis udah solat kok! Tapi masih dingin makanya rebahan lagi." Jawab Agis sambil berusaha untuk bangun lagi dari tempat tidurnya.
"Ya sudah tapi jangan lupa hari ini kamu ada jadwal belajar PJJ kan?"
(Saat ini Agis duduk di kelas VIII)"Iya bu, tapi ... " wajah Agis terlihat sedih.
"Tapi kenapa?" Tanya Bu Nina dengan rasa penasaran karena melihat wajah Agis yang begitu sedih.
"Quota Hp Agis udah habis dari dua hari yang lalu bu." Jawab Agis sambil tertunduk lesu.
Mendengar jawaban Agis, hati Bu Nina terasa tersayat, ia bingung harus bagaimana bercerita pada anaknya yang seharusnya tidak usah tahu tentang kesusahan orang tuanya. Jangankan untuk beli quota internet, untuk makan hari ini pun masih belum kelihatan.
Pak Burhan, ayahnya Agis termasuk orang yang kena PHK dari tempatnya bekerja karena dampak pandemi covid-19, sehingga ia terpaksa menjadi pengangguran. Tapi ia pun sudah berusaha menjadi tukang ojek untuk menopang kebutuhan di rumahnya. Karena tukang ojek juga sudah banyak di kampungnya dan penumpang pun sepi, paling ia hanya membawa pulang uang Rp. 40.000,- bahkan kadang tidak membawa sama sekali.
Sungguh Bu Nina dilanda rasa bingung saat itu, apa yang harus ia katakan pada Agis. Ia takmau mematahkan semangat anaknya untuk belajar.
Meski sekolahnya memberi kesempatan untuk belajar Luring kepada siswa yang tidak memiliki Hp, tapi Bu Nina tidak tega kalau Agis ke sekolah hanya sendirian. Karena di kampungnya teman-teman Agis belajar Daring semua. Ia takut anaknya merasa minder hingga hilang rasa percaya diri.
Dalam perasaan yang resah, Bu Nina tetap menyemangati anaknya. "Kalau quota Hp Agis habis, ya sudah nanti ibu temuin Bu Qonita wali kelasmu yah. Supaya untuk sementara Agis bisa belajar Luring karena hari ini ibu belum ada uang buat beli quota belajar Agis."
"Ya sudah, iya bu. Nanti kalau Bu Qonita mengizinkan Agis baru datang ke sekolah ya bu." Jawab Agis sambil tersenyum berusaha menyembunyikan rasa sedihnya.
Jam 09.00 di hari itu pula Bu Nina bergegas berjalan kaki menuju sekolah yang jaraknya lumayan jauh dari rumah. Ia tidak mau mengganggu suaminya mencari nafkah, sehingga memilih berjalan kaki. Sesampai di sana ia langsung menemui Bu Qonita selaku wali kelas anaknya. Meski merasa sungkan ia terpaksa menceritakan keadaan keluarganya dan Bu Qonita mendengarkan dengan seksama.
"Sebetulnya saya yakin Agis pasti mau saja belajar Luring ke sekolah mengambil modul/materi dan tugas dari bapak/ibu guru. Tapi saya gak tega karena dia hanya sendirian, semua anak di kampung saya tidak ada yang belajar Luring. Jadi saya mohon sama ibu, izinkan saya saja yang datang ke sekolahnya, biar Agis tetap di rumah saja menunggu. Atau kalau gak bisa ... Agis keluar aja dulu dari sekolah yah bu? Nanti kalau keadaan sudah normal Agis bisa masuk lagi kan?" Kata Bu Nina dengan suaranya yang memelas.
"Kok keluar? Jangan dong bu! Kasihan Agis, silahkan ibu saja yang datang ke sini, kalau pun ibu gak bisa datang ke sekolah juga biar nanti saya yang ke rumah ibu sambil lewat sepulang dari sekolah."
"Subhanallah ibu, terima kasih atas pengertian dan kebaikannya, insyaAllah kalau saya bisa saya akan datang ke sekolah setiap jadwal pengambilan modul/materinya." Kata Bu Nina dengan senyum sumringah di wajahnya. Akhirnya Bu Nina pulang dengan modul-modul pelajaran digenggamannya. "Mau tidak mau saya pun harus siap menjelaskan dan membimbing anakku belajar di rumah." Gumamnya dalam hati.
Keesokan harinya, sepulang piket dari sekolah, Bu Qonita mampir ke rumah Agis. Memastikan bahwa ia belajar dengan baik dan menyelesaikan tugas-tugasnya. Agis nampak senang dengan kehadiran Bu Qonita di rumahnya dan dia menunjukan bahwa meski di rumah ia pun tetap belajar. Tak lupa Bu Qonita pun menyemangati Agis agar tetap semangat karena di manapun, dalam keadaan sulit sekalipun dan dengan cara apapun kita tetap bisa belajar serta jangan lupa berdo'a agar pandemi ini cepat berakhir.
Cipanas-Lebak, 12 Agustus 2021
Iis Yuliati
Subhanallah...tak ada jalan keluar untuk setiap kesulitan bagi orang-orang yang sabar.
BalasHapusInsyaaAllah selalu ada solusi dari setiap permasalahan.
HapusTerima kasih sudah mampir bapak🙏🙏
Semanggattt Agis,,,
BalasHapusTerima kasih ibu🙏🙏
HapusSemangat berkolaborasi yang mengagumkan, agis seorang anak yang semangat belajar, didukung oleh orang tua yang support dan Ibu Guru yang selalu menjadi fasilitator bagi setiap siswanya.
BalasHapusBegitulah seharunya pak... harus ada kolaborasi yang apik antara orang tua, guru, dan peserta didiknya agar tercapai tujuan yang diharapkan.. terima kasih sudah mampir🙏🙏
HapusAlhamdulillah, ikut senang karena masalah pendidikan di era pandemi ini bisa sedikit teratasi.
BalasHapusAlhamdulillah pak.. kalau semuanya bersinergi pasti bisa terlewati.
Hapus