Mengenal Penerbit Mayor
Hujan lebat disertai petir menambah kegalauan di siang hari ini, betapa hati ini
rasa tak galau... sinyal di tempatku selalu nampak malu-malu, bahkan jika cuaca
seperti ini kadang dia menghilang.
Teriring do'a terus-menerus aku panjatkan, karena tak mau ketinggalan
Pelatihan Belajar Menulis hari ini. Alhamdulillah... meski cuaca hujan deras
dibarengi petir menggelegar bersautan, akhirnya sinyal itu tetap hadir meski
ia nampak malu-malu seperti biasanya.
Pelatihan hari ini merupakan pertemuan ke-11, materi yang dibahas yaitu
dengan tema Penerbit Mayor bersama narasumber Bapak Edi S. Mulyanta,
S.Si., M.T. Beliau saat ini menjabat sebagai Publishing Consultant &
E-Book Development Andi Publisher.
Alumni S1 Geografi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta 1994 dan S2 Magister
Teknologi Informasi Fak. Elektro UGM Yogyakarta 2006 memiliki riwayat
pekerjaan yang sangat luar biasa diantaranya pernah menjadi:
1. Operasional Penerbit ANDI Jogjakarta 2004 – 2019
2. Publishing Consultant & E-Book Development Penerbit Andi 2020-
Sekarang
3. Founder Pasar Buku Digital ebukune.my.id dan bukudigital.my.id 2020 -
Sekarang
4. Dll.
Adapun karya tulis buku (Lihat di
https://scholar.google.co.id/citations?user=tYwUNqsAAAAJ&hl=en&oi=ao)
1. How to make money in BIG DATA, 2021
2. Lebih Mahir Word 2019, Untuk Penulisan Ilmiah, 2019
3. Teknik Modern Fotografi Digital 2007
4. Dll.
Dalam pemaparannya beliau menyampaikan, bahwa dunia penerbitan baik penerbit
mayor maupun penerbit minor adalah dunia bisnis semata, dan ada sebuah
idealisme di dalamnya, yang tentunya setiap penerbit mempunyai visi dan
misinya masing-masing. Di dalam dunia bisnis, nomor satu yang dicari adalah
pasti keuntungan.
Outlet utama bisnis penerbitan buku adalah pasar toko buku, di samping
tentunya pasar di luar toko buku yang tidak dapat kita ke sampingkan pula.
Paparnya.
Di dalam Undang-undang Nomor 3 tahun 2017, dijelaskan dengan gamblang
tentang sistem perbukuan di Indonesia yakni tentang sistem perbukuan
adalah tata kelola perbukuan yang dapat dipertanggungjawabkan
dan terpadu, yang mencakup pemerolehan naskah, penerbitan, pencetakan,
pengembangan buku elektronik, pendistribusian, penggunaan, penyediaan, dan
pengawasan buku.
Ia juga memaparkan saat ini yang bermasalah adalah dalam tahap
pendistribusian materi yang telah diproses untuk dapat meningkatkan
literasi baca di Indonesia. Literasi adalah kemampuan untuk memaknai
informasi secara kritis sehingga setiap orang dapat mengakses ilmu
pengetahuan dan teknologi sebagai upaya dalam meningkatkan kualitas
hidupnya.
Maka tugas penerbit adalah mendapatkan naskah yang tentunya dapat diproses
menjadi buku untuk menghasilkan keuntungan, sehingga bisnis penerbitan
tersebut dapat berkembang dan meningkatkan literasi bagi masyarakat secara
umum.
Menurut beliau, yang perlu kita ketahui terlebih dahulu adalah definisi
naskah buku dan buku yang telah dijelaskan di
UU Perbukuan. Naskah Buku adalah draf karya tulis dan/atau karya gambar yang
memuat bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir. Sedangkan buku adalah
karya tulis dan/atau karya gambar yang diterbitkan berupa cetakan berjilid
atau berupa publikasi elektronik yang diterbitkan secara tidak berkala.
Penerbit akan mengolah Naskah Buku tersebut menjadi komoditas berupa buku
cetakan maupun buku elektronik menyesuaikan perkembangan jaman.
Sehingga ke depan baik itu penerbit buku Mayor maupun Minor dapat berperan
saling melengkapi dalam memenuhi amanat undang-undang ini.
Berikut beberapa Undang-undang yang memperkuat posisi buku ada di UU
12/2012 Perguruan Tinggi Pasal 46 ayat 2 ….Hasil Penelitian wajib
disebarluaskan…. dipublikasikan (dalam bentuk Buku Ber ISBN), kemudian
PermenPAN 26/2009 Jabfung Guru dan Angka Kredit, Pasar 11 Ayat c-2
Publikasi Buku ber ISBN.
Kenapa harus ber-ISBN, berikut adalah manfaat buku harus ner-ISBN menurut
Perpustakaan Nasional:
Narasumber juga menyampaikan setiap penerbit diperbolehkan untuk
mengajukan Nomor ISBN ke perpustakaan nasional. Sehingga nantinya
perpustakaan nasional memberikan penanda tertentu dalam ISBN untuk
menunjukkan skala produksi penerbitannya. Skala produksi ini hanya
menunjukkan kemampuan output buku yang dihasilkan serta kemampuan
distribusinya ke masyarakat luas. Semakin besar output dan distribusinya,
ISBN yang dikeluarkan oleh Perpusnas akan semakin banyak. Akhirnya
diberikan kode produksi buku di ISBN dalam bentuk Publications Element
Number.
Jadi, karena hal itulah kemudian muncul istilah penerbit mayor dan
penerbit minor, hanya karena masalah skala produksi saja. Adapun visi dan
misi penerbitan pasti berbeda, namun tujuan akhir semuanya sama yaitu mencari keuntungan bisnis, dan ada
sisi idealisme di dalamnya.
Menurutnya, semua penerbit di Indonesia telah diwadahi pemerintah dalam
organisasi IKAPI, sehingga bagi kita yang akan menerbitkan buku, sebaiknya
menggunakan saluran tersebut yang telah diakui oleh pemerintah. Seperti
tanfa keanggotaan yang dimiliki oleh CV. Andi Offset berikut ini:
Untuk ASN, dituntut agar bisa membuat dan menerbitkan buku sebagai salah
satu syarat untuk kenaikan pangkat, karena dapat menambah nilai angka
kredit. Oleh karena itu, karena banyaknya terbitan buku yang diajukan
sebagai syarat Jabatan Fungsional, akhirnya pemerintah terkadang memberikan
syarat tertentu untuk mempermudah klasifikasi pemberian nilai indeks di
angka kredit. Sehingga munculah penerbit skala mayor (nasional) dan skala
regional saja. Hal ini lah yang semakin menegaskan garis yang jelas antara
penerbit mayor dan minor, hanya karena skala penjualannya.
Beliau juga menyampaikan, ke depan hal ini tentunya akan semakin
diperbaiki, mengingat penerbitan buku saat ini sudah mengikuti
perkembangan teknologi yaitu penerbitan buku digital. saat ini juga
perusahaan tempatnya bekerja sedang mengembangkan penerbitan digital,
untuk mengantisipasi perkembangan jaman yang semakin nyata. Kita dapat
melihat percontohan buku digital dan proses pemasarannya di
http://bukudigital.my.id atau dapat dilihat di http://ebukune.my.id
Di penerbit tempat beliau bekerjapun saat ini sedang mencoba memperbaiki
proses distribusi materi dan literasi yang terhambat di era pandemi.
Karena Toko Buku, Sekolah, dan Kampus saat ini belum dapat menjadi saluran
yang dapat diandalkan dalam bisnis buku saat ini.
Apalagi dengan diberlakukannya PSBB dan pembatasan kegiatan masyarakat di
beberapa daerah, dengan otomatis Toko buku andalan penerbit yaitu Gramedia
memarkirkan bisnisnya di sisi pit stop dan terhenti sama sekali. Dari
omzet normal dan terhenti di pit stop menjadikan omzet terjun bebas hanya
berkisar 80-90% penurunannya. Outlet yang tertutup menjadikan beberapa
penerbit ikut terimbas, sehingga mereposisi bisnisnya kembali. Hal ini
berdampak secara langsung ke produksi buku hingga ke sisi penulis buku
yang telah memasukkan naskah ke penerbit menanti bersemi di Toko
Buku.
Karena keadaan seperti ini, penerbit tentunya gamang, mengingat suplai
naskah masih berjalan bahkan tidak terimbas pandemi, akan tetapi proses
menjadikan sebuah komoditas buku yang bernilai ekonomi sangat
terhambat pandemi. Maka satu-satunya yang dapat menjadi alternatif untuk mendistribusikan
ilmu pengetahuan dan buku adalah saluran digital. Penerbit Andi mencoba
mengembangkan channel TV Andi di Youtube, dan mengembangkan Production
House Andi Academy, untuk tetap mengobarkan semangat untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa melalui penerbitan buku.
Beliau juga menyarankan agar kita dapat mencoba menawarkan naskah ke semua
penerbit, baik itu skala mayor atau pun minor, karena harapan itu selalu
pasti ada. Dan pada saat ini kondisi naskah di beberapa penerbit
masih tetap terbuka lebar. Yang menyulitkan itu adalah proses produksi dan
pemasarannya. Dan harapan beliau semoga ke depan, Toko Buku, Aktifitas
Belajar Mengajar kembali normal sehingga pasar buku dapat kembali
menggeliat.
Beliau juga mengingatkan, bahwa sebagai guru kita dituntut untuk
menghasilkan outcomes atau luaran yang berdampak. Yaitu hasil tulisan buku
yang ber ISBN, supaya ilmu bapak-ibu tidak hilang ditelan jaman.
Jadi bagi siapa saja yang hendak menerbitkan buku, tidak masalah mau di
penerbit mayor atau minor, yang terpenting buku itu ber-ISBN. dan yang
mengeluarkan nomor ISBN tersebut adalah Perpustakaan Nasional. Tetaplah
semangat membuat buku dan ajukan ke penerbit manapun, dan tetap berusaha
agar mengajukan di penerbit mayor karena harapan itu tetap ada.
Terimakasih Pak Edi🙏🙏🌹🌹
Rabu, 27 April 2021
Iis Yuliati
Resume ke-11
Tema : Penerbit Mayor
Narasumber: Edi S. Mulyanta, S.Si., M.T
Gelombang 18
Mantap bu iis..tetap semngat bikin resumenya wlaupun si sinyal malu-malu....suka gaya cerita ibu nih....n closing nya juga.. semoga kita bisa menerbitkan buku yg ber ISBN...😊👍💪
BalasHapusAamiin ya robbal'aalamiin... 🤲🤲 semangat juga buat bu weni🌹💪💪
HapusMantul buk...sama.saya juga susah sinyal nya
BalasHapusMakasih bu cantik🙏🙏 iya di saya sinyalnya antara malu-malu dan malu-maluin😁😁😁
HapusSuper lengkap bu, semoga sinyal selalu bersahabat 👍
BalasHapusTerimakasih🙏🙏 aamiin 🤲
HapusResume yang selalu mantul buat dibaca😍😍
BalasHapusTerimakasih ibu ketua🌹🙏 akupun selalu terpesona kalau baca resume dirimu😍
HapusKerennnn bun. Resumenya lengkap. Tetap semangat.
BalasHapusTerimakasih bun🌹🙏 semangat juga bunda💪💪🌹🌹
Hapusresumenya rapi dan enak dibaca dan lengkap tentunya
BalasHapusTerimakasih🙏🙏
HapusSemangat Yang terus berkobar untuk menghasilkan sebuah tulisan Meskipun cuaca agak kurang mendukung tapi semangat tak pernah padam. Keren resume nya bu.
BalasHapusTerimakasih bu🙏🙏 semenjak segala aktivitas bljr online tiap hari pindah2 nyari letak sinyal yg manteng😁😁😁 kalau udah hujan turun pasrah aja pada akhirnya🤭🤭🤭 bljr sedatangnya sinyal🤣
Hapus